Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh di Bidang Kedokteran Islam

4 Ilmuwan Muslim Paling Berpengaruh di Bidang Kedokteran

Ali Al-Thabari

Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali bin Sahl Rabban al-Thabari. Ia hidup pada abad ke sembilan yakni 810-861 M. Awalnya dia adalah penganut non Muslim dari Tabaristan. Semenjak masa pemerintahan Al-Mutawakkil (847-861 M), ia menjadi memeluk agama Islam dan menjadi dokter pribadi khallifah.


Pada tahun 850 M, ia menulis buku berjudul Firdaus al-Hikmah (Surga Hikmah) yang menjadi salah satu mahakarya ilmiah mengenai obat-obatan tertua dalam bahasa Arab. Ia juga menulis ensiklopedia mengenai pediatri dan tumbuh kembang anak.


Buku lainnya di bidang ilmu kesehatan adalah; Kitab Manafi'il Adwiyati wal Atimati wal 'Aqaqir (Buku Kegunaan Makanan, Minuman dan Obat-obatan); Kitab Hifzi al-Sihhah (Buku Pemeliharaan Kesehatan); Kitabu al-Ruqa (Buku Penyembuhan Spiritual); Kitab fil Hijamah (Risalah tentang Bekam); Kitabun fi Tartib al 'Aghdhiyah (Buku tentang Diet).


Al-Razi

Ia adalah Abu Bakr Muhammad bin Zakariyya al-Razi, yang hidup pada tahun 841-924 M. Di dunia barat ia terkenal dengan nama Rhazes atau Albubator.


Dikatakan bahwa ia merupakan dokter muslim terbesar dan ilmuwan yang paling produktif. Bahkan ia disebut-sebut sebanding dengan Hippocrates dan Galen, yang merupakan dokter Yunani. Pada masanya, ia juga memimpin pengetahuan medis yang terkenal dalam menjaga kesehatan tubuh dan pikirian.


Al-Razi menulis buku berjudul Kitab al-Thibb al-Manshuri dengan total 10 jilid, yang sesuai namanya didedikasikan kepada penguasa Mansur bin Ishaq. Di dalamnya ia tentang anatomi, kedokteran, juga fisiologi. Adapun terperincinya ia membahas mengenai berbagai organ tubuh diet untuk menjaga kesehatan, penyakit kulit, dan penangkal juga racun serta efeknya pada tubuh manusia.



Tulisannya yang paling terkenal adalah tentang bisul dan cacar air dalam Kitab al-jadari wa al-hashbah. Karya fenomenalnya yakni al-Hawi menjadi ensiklopedia kedokteran yang berisi kontribusi dari Al-Razi serta rangkuman pengetahuan medis dari Yunani, Persia, dan Hindu.



Karangan ilmiah dan bukunya yang lain adalah: Kitab fi Haeyat al-Ain, Kitab fi Haeyat al-Kabad, Kitab fi Haeyat al-Qalb, Kitab fi Haeyat al-Samq, Kitab fi Haeyat al-Mafassil, Jami fi al-Tibb, Maqalah fi al-Hasat fi Kuli wa al Mathana, Kitab al-'Ilaj al-Ghoraba, Bar al-Sa'ah, al-Taqseem wa al-Takhsir, dan Kit?b al-Taqs?m al-Ila.



Ali bin al-Abbas

Ia wafat pada tahun 994 M, dan awalnya ia adalah penganut ajaran Zoroaster. Ia menulis al-Kitab al-Maliki untuk Raja Buwayhi. Buku ini juga disebut Kamil al-Shina'ah al-Thibbiyah, yang merupakan kamus pengetahuan dan praktik kedokteran.



Karya miliknya itu membahas mengenai makanan bergizi dan perawatan medis. Ia juga menyumbang pemikiran awal tentang sistem pembuluh darah kapiler. Serta membuktikan bahwa ketika persalinan, seorang bayi tidak keluar dengan sendirinya, melainkan didorong oleh kontraksi otot dalam rahim.



Ibnu Sina

Selain Al-Razi, ada juga ilmuwan kedokteran Islam yang terkenal yakni Ibnu Sina. Nama depannya adalah Abu Ali al-Husayn, ia dikenal sebagai Avicenna di dunia barat, dan hidup pada tahun 980-1037 M.



Ia adalah dokter, filsuf, juga penyair yang memiliki lebih dari 200 karya di bidang: filsafat, kedokteran, geometro, astronomi, teologi, filologi, dan kesenian. Dikatakan bahwa Ibnu Sina lebih menguasai filsafat daripada kedokteran dibanding Al-Razi.



Karyanya yang paling terkenal yaitu Kitab al-Syifa' yakni ensiklopedia tentang filsafat penyembuhan. Dan al-Qanun fi al-Thibb yang adalah susunan kitan pemikiran kedokteran Yunani-Arab.



Dengan mencakup berbagai kandungan ilmu, kesistematisan susunannya, dan penuturanya yang filosofis, karya al-Qanun menjadi penting dalam bidang ilmu kedokteran pada kala itu, serta menjadi buku acuan kedokteran di sejumlah sekolah Eropa.



Al-Qanun membahas tentang pembengkakan pada paru-paru, mengenali potensi penularan penyakit saluran pernafasan, terutama asma dan TBC, serta penyebaran berbagai penyakit melalui air dan debu. Di dalamnya juga menyebutkan sejumlah obat-obatan yang berjumlah sekitar 760 macam. Sehingga buku karya Ibnu Sina itu disebut sebagai kitab suci kedokteran pada abad ke-12 hingga ke-17 M.